Saturday, January 31, 2015

Seorang pemimpin yang berarti



Ada istilah yang cukup terkenal di Indonesia, yaitu "tak kenal maka tak sayang". Hal inilah yang biasanya diungkapkan para pembicara atau para pemimpin saat berbagi pengalaman dengan orang-orang disekitarnya. Termasuk Ko Ricko, pemimpin yang saya temui saat masa remaja Kelas @ SMP, tepatnya waktu dikomsel. Komsel itu singkatan dari Komunitas Sel yang terdiri dari beberapa anggota dan diketuai oleh seorang pemimpin sel ataupun seorang pembina. 

Komsel Remaja Banda Aceh yang heterogen, yaitu mayoritas orang-orang cina dan sisanya jawa dan batak. Walau berbeda warna kulit namun kami dipersatukan dalam Kristus. Sebagai buktinya, orang-orang yang ada didalam video (dibawah ini) bisa kompak bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Terutama saya, sangat mencolok diantara teman-teman yang lain (istilahnya itu black and white) hahahaa,,,. Awalnya kaget karena dipilih KOKO jadi anak binanya, tapi seiring berjalannya waktu, saya paham dan bersyukur untuk kesempatan ini kurang lebih 5 tahun sadar gak sadar, suka gak suka saya diawasi oleh pemimpin saya.Sampai sekarang juga awasi kali yaa,.. tapi dari jauh.. #pothing...

Berat jadi anak bina KOKO, tapi memanglah tak akan pernah terlupakan. Pemimpin yang luarbiasa dalam hidupnya Puspa dan juga teman-teman lainnya. Angkatan pertama itu, Willy, Devan dan saya. Yang sadar gak sadar, saya itu gak bisa lepas dari pemimpin yang satu ini. Angkatan kedua yang terdiri dari Ivan, VJ, Warrick pun saya ikut terlibat. Heran, koq bisanya. Saya juga bingung.

Tapi lewat pembinaan ini, banyak hal yang terjadi dalam hidupnya Puspa, banyak perubahan dari diri seorang Puspa. Yang juga berpengaruh sampai saat ini, bahkan sampai nanti Puspa udah tua kalinya. Kemudian Puspa nemuin keluarga baru, punya koko dan cici  yang selalu ada saat Puspa susah dan sedih. Thanks God, thanks KOKO Dan hal ini pun, juga dirasakan koq sama temen-temen baik angkatan pertama maupun kedua. Kalo disuruh diungkapkan itu gak cukup 1 hari, gak cukup 1 lembar kertas. Apalagi kalo Ivan, 1 minggu gak kelar kali itu kesan dan pesan buat KOKO. #damaiVan
 
Kata yang paling sering dan kudu diinget ama anak-anak bina KOKO itu "DEMI", udah deh, kalo udah ngomong kata itu semua kudu ditinggalin. Bayar harga coy. Dulu sih waktu zaman sekolah beneran bayar harga, tapi sekarang jujur aja sih, gk seDEMI dulu. Ampunilah kami Tuhan, setidaknya ada perjuangan dan niat hati kan, hehe, #ngeles... 

Hidup itu proses pembelajaran, belajar itu dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak paham menjadi paham. Inget banget, pertanyaan pertama yang saya ajukan kepada KOKO, "ko, bohong untuk kebaikan itu boleh kn?" dan jawaban koko simple banget, yang namanya bohong itu dosa, gak kenal sedikit atau banyak, bukan untuk kejahatan ataupun kebaikan, bohong ya bohong,. paham kn Puspa. Aigoo, Keinget loh itu sampai sekarang. Masih banyak lagi pelajaran-pelajaran dan contoh-contoh yang KOKO kasih tahu ke anak binanya masing-masing. Pokok e membekas di hati, tak lekang oleh waktu lah, haha,,, 

Terima kasih Tuhan, sudah memberikan kami pemimpin yang luarbiasa, pemimpin yang kuat, pemimpin yang peduli sama kami, thanks KOKO udah milih kami jadi anak-anak bina KOKO, thanks udah berbagi hidup dengan kami. thanks untuk waktu-waktu kebersamaan yang gak bisa dibayar oleh apapun. thanks untuk setiap kata-kata doa yang KOKO berikan kepada kami. 

Ini kami anak-anak bina KOKO, tidaklah sempurna, tapi terus berjuang ditengah arus kehidupan ini, dengan mengandalkan Tuhan dan terus melayani Dia. Sampai berjumpa kembali ko.. we love u... God bless.. and Happy B'day. wish u all dbest... Imanuel


Friday, January 9, 2015

Part #2 Menjadi Seorang VJ




    Pengalaman yang luar biasa diawal tahun 2015 menjadi seorang VJ. Jalan-jalan bersama keluarga besar ke kota tua pun saya jadikan kesempatan untuk mencoba membuat video dengan secara langsung memberikan informasi mengenai situasi yang terjadi saat itu.
    Melihat sekeliling sekaligus menikmati suasana kota tua dan tak lupa sambil jajan es potong (karena jarang ada diluar kota tua). Ada sekumpulan orang yang membentuk lingkaran besar ditengah kawasan Taman Fatahillah, saya langsung menyusup masuk dalam lingkaran tersebut. Ternyata orang yang menyerupai patung sudirman dikerumuni orang banyak, menarik dan unik karena dapat duduk tanpa menggunakan kursi. Langsung saja saya memanggil kakak saya untuk merekam kejadian tersebut, dan tanpa ragu dan malu saya fokus didepan kamera melaporkan apa yang saya lihat. Walaupun orang-orang disekitar secara secara serentak menoleh ke arah saya. Antara nekat sama narsis, beda tipis. Baiklah, tetap stay di depan kamera.
    Bisa karena terbiasa, tidak mudah tapi sederhana itulah kedua prinsip hidup saya, oleh sebab itu menjadi seorang VJ harus selalu siap dimana dan kapan pun saya berada, saat ada hal menarik dan moment yang jarang ditemui langsung saja direkam.
    Berbekal ilmu dari perkuliahan dan membaca buku-buku seputar reporter, saya semakin yakin untuk menjadi seorang VJ. Terlebih beberapa hal dibawah ini yang sangat membantu saya untuk menghasilkan sebuah liputan sederhana yang menarik dan orisinal.
    Yang pertama itu naskah sederhana (simplify the script), akan memudahkan dan memberikan informasi yang lebih fokus.  Naskah menjadi acuan untuk menghasilkan sebuah liputan, dari naskah kita tahu gambar apa yang harus diambil. Intinya seorang VJ harus mampu mevisualisasikan naskah yang ada. Untuk itu naskah menjadi point dasar yang harus mengakar dalam diri seorang VJ. Naskah harus tetap berdasarkan fakta yang ada dan harus actual, sesuai dengan kaidah jurnalistik.
    Yang kedua itu gunakan beberapa gimmick (use a lot of gimmicks). Beda tipis dengan sensasi, namun yang menjadi dasar tetap informasi yang diberikan factual dan actual. Untuk menarik perhatian penonton supaya melihat video kita, gimmick menjadi kuncinya dan ini dia bisa karena terbiasa. Gimmick dengan mudah tercipta karena kepekaan seorang VJ, dan juga keberanian VJ menentukan adegan mana yang dijadikan gimmick.
    Yang ketiga itu menentukan bingkai berita (new blocking/framing). Subjektivitas seorang VJ, memilih tempat yang tepat dan sesuai dengan naskah yang ada. Bukan tidak objektif dan tidak factual namun  subjektivitas disini berarti dan  juga penting, supaya hasil video enak dilihat dan informasi yang disampaikan tepat sasaran. 
    Yang keempat itu menangkap moment (highlight moments/scripts). Disini bukan melenceng dari naskah yang sudah dibuat, namun jika ada moment yang jarang terjadi sebaiknya tetap direkam, karena dapat melengkapi ataupun menjadi tema baru untuk video yang akan dibuat.  Dibutuhkan kepekaan dan kecepatan dalam menangkap moment, terutama dikawasan yang ramai dibutuhkan keahlian untuk mendapat posisi merekam yang baik dan bagus.
    Yang kelima itu video dilengkapi dengan audio (audio have to be perfect). Hidup terasa hampa tanpa ada suara, begitu pula sebuah video tanpa audio itu bagaimana sayur tanpa garam. Seorang VJ harus mampu menentukan audio yang tepat, terkadang audio natural seperti suara kendaraan bermotor-orang berteriak-bunyi terompet dan lain-lain tidak bisa dihilangkan, karena akan menambah unsur factual dan actual sebuah video. Lagi-lagi, bisa karena terbiasa. Audio untuk sebuah video akan secara otomatis mudah ditentukan jika kita sering membuat video.
        Tunggu apa lagi, setiap ada kesempatan dan moment yang bagus, rekam dan hasilkan sebuah video yang menarik!! Waktu tak pernah salah, waktu tak bisa dirulang, dan waktu tak mau menunggu . Oleh sebab itu gunakan waktu yang ada untuk menjadikan diri sebagai seorang VJ. Dan biarkan waktu menjadi saksi perjalanan hidup.
Sebagai saksi tercatat tanggal 01 January 2015 adalah langkah awal saya menjadi seorang VJ, berikut liputannya:


Part #1 Menjadi Seorang VJ

   
  Saat ini merupakan era baru digital, perubahan dalam mengembangkan sebuah delivery news. Tak lagi televisi yang menjadi primadona sebagai gudang informasi, namun kini beralih ke website, blog, youtube, sosmed dan sebagainya. Sebagai bukti dapat dilihat bahwa media massa khususnya televisi di Indonesia pun memilki website masing-masing. Liputan atau tayangan tinggal di upload saja, bahkan promosi program pun dapat dilakukan dengan mudah. Hanya dalam hitungan detik saja bisa mendapatkan respon banyak. Hal ini pun menuntut pekerja media untuk lebih multifunction, bukan hanya sebagai seorang reporter saja tetapi menjadi seorang Video Journalist atau sering disebut VJ. Tak cukup itu saja, era digital ini menuntut kita beradapasi dengan internet, hasil liputan bisa langsung diupload atau streaming via youtube ataupun di beritakan pada website dan portal berita yang terkait, yang tentu saja tersambung otomatis dengan social media baik facebook maupun twitter.
    VJ itu gabungan dari reporter dan camera person, dituntut memiliki kemampuan dasar dalam membuat naskah dan mevisualisasikannya dengan teknik kamera video, namun kini dapat dengan mudah menggunakan handphone/gadget yang kamera videonya memadai. Keuntungan media televisi yang memiliki VJ yaitu secara otomatis menghemat biaya produksi dan praktis, serta menghemat ruang dan waktu.
    Hal inilah yang membuat saya semakin bersemangat untuk terus melatih diri menjadi seorang VJ di bangku kuliah. Apalagi saat masuk kelas Jurnalistik Online Mas Naratama VOA, tambah antusias sekali. Jujur saja, saya sudah mempunyai blog lengkap dengan media social yang ada sejak saya berada dibangku SMA, namun jarang saya gunakan. Saya sangat menyayangkan sekali kesempatan waktu dulu ternyata belum banyak orang yang menggunakan blog sebagai media informasi. Tetapi tidak masalah, saat ini saya sudah memulai menulis diblog, walaupun sedikit terpaksa karena tugas yang diberikan oleh Mas Nara. (paksaan posistif yang akan berguna dimasa depan)
    Hidup itu proses pembelajaran, sama halnya menjadi seorang VJ itu sesuatu sekali. Bicara soal buat berita saya sudah tahu dasarnya dan paham cara membuatnya, namun bicara soal mengambil gambar. Ini dia harus BELAJAR tentang kamera, khususnya kamera video. Yang saya tahu itu mengambil gambar ya hanya tekan saja tombol kameranya. Tetapi ternyata tidak, ada teknik-tekniknya dan bagaimana menghasilkan gambar yang memiliki arti. Wah daebak (bahasa korea yang artinya mengagumkan atau keren), baiklah saya mencoba sebaik mungkin. 
    Lama kelamaan saya mulai menyukai kamera, yang dulunya mengambil gambar diri sendiri tetapi kini mengambil gambar moment atau orang-orang yang sedang melakukan sesuatu (yang memiliki makna). Oh ya, bukan BELAJAR mengenai pengambilan gambar saja, tapi belajar juga mengedit sebuah video. Aigoo (bahasa korea yang artinya aduh), aigoo menjadi seorang EDITOR, pertama-tama itu nambah ram laptop dulu. Tapi tetap saja saat mengedit video lambat. Cobaan!! Sabar …. Alhasil kini saya tidak mengeluh kalau mendapat tugas liputan baik dari berbagai mata kuliah. Basic menjadi seorang editor itu ternyata sama halnya menjadi seorang cameraman, tahu point of view, framing, komposisi, angle-nya dan sebagainya. Jadi sebenarnya saling melengkapi, daebak!!
    Basic sebenarnya itu adalah the elemen of the shot, yaitu yang pertama ada motivasi. Ibarat hidup tanpa tujuan itu sama dengan mati. Sama halnya dengan mengambil sebuah gambar tanpa ada motivasi (tentunya motivasi yang baik dan benar), oleh sebab itu semua gambar itu ada maknanya tergantung motivasi dari si pengambil gambar. Semenjak tahu basic tentang motivasi ini, saya jarang mengambil gambar sembarangan (tidak asal jepret saja), namun melihat dulu kemudian mencoba memahami yang saya lihat, lalu mengabadikan apa yang saya lihat (camera : help your memory).
    Yang kedua itu informasi, jadi setiap gambar yang diambil itu harus mengandung informasi. Sesuai dengan kaidah jurnalistik factual dan actual tentunya. Ibarat tangan pengantin ada cincin, seorang VJ yang tak bisa lepas dari kedua unsur informasi tersebut.    Yang ketiga itu komposisi, yang menentukan arah dan kedalaman suatu informasi dari sebuah gambar. Yang keempat itu suara, disekitar kita tak pernah lepas dari music, begitu pula video tak pernah lepas dari audio.
    Yang kelima itu angle atau sudut pandang, ibarat hidup tanpa prinsip, tidak memiliki karakteristik. Oleh sebab itu menentukan sudut pandang harus dipikirkan sampai matang, jangan sampai salah menempatkan karena akan memunculkan makna lain bahkan bisa mendapat masalah. Sudut pandang setiap orang memang berbeda-beda, namun sebagai seorang VJ sudut pandang yang dimiliki harus sesuai dengan kaidah jurnalistik dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Agar informasi yang dapat diterima dengan sasaran yang tepat. Yang keenam itu kesinambungan, yaitu adegan-adegan yang dibentuk dalam shot. Adanya pergerakan dan komposisi yang ada tetap natural dan memberikan pengaruh positif.
    Daebak… tak heran gaya dan teknik-teknik yang dimiliki seorang VJ terlihat sama seperti seorang seniman. Jika seorang seniman menghasilkan karya artisitik, seorang VJ menghasilkan karya jurnalistik.
    Kali ini bicara soal karya, media televisi memiliki format acara yang menghadirkan karya artistic dan jurnalistik yaitu terbagi dalam 3 kategori:
1.   Drama/Fiksi  (karya artistic)
2.   Berita (karya jurnalistik)
3.   Entertainment/ non-drama (karya artistic)
    Walaupun seorang VJ menghasilkan karya jurnalistik, tak bisa dipungkiri seorang VJ berada dalam dunia penyiaran khususnya, televisi. Sehingga pengetahuan tentang format acara televisi ini perlu dipelajari, karena didalamnya pun terdapat cara-cara yang mendukung tugas seorang VJ. Seperti pembuatan sebuah Gimmick, dalam program acara televisi gimmick adalah pemikiran creator untuk menciptakan adegan-adegan yang memancing penonton dan memperkuat sebuah program. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sebuah gimmick, yaitu target penonton, bahasa yang digunakan dan format acaranya.
Kemudian ada istilah clif hanger, yaitu adegan yang dibuat khusus untuk bisa menahan penonton saat komersial break. Biasanya ditemui pada format acara drama dan non-drama, intinya adanya kreativitas yang mendukung pekerja televisi.
    Seorang VJ pun dituntut kreatif, dalam menentukan tema, saat dilapangan untuk produksi video dan saat mengedit video, kreativitas sangat dibutuhkan sehingga muncul slogan “kalo gak kreatif, mati aja loe”. #salamSumpahKreatif
Lanjut ke part #2 Menjadi seorang VJ.