Pengalaman
yang luar biasa diawal tahun 2015 menjadi seorang VJ. Jalan-jalan bersama
keluarga besar ke kota tua pun saya jadikan kesempatan untuk mencoba membuat
video dengan secara langsung memberikan informasi mengenai situasi yang terjadi
saat itu.
Melihat
sekeliling sekaligus menikmati suasana kota tua dan tak lupa sambil jajan es
potong (karena jarang ada diluar kota tua). Ada sekumpulan orang yang membentuk
lingkaran besar ditengah kawasan Taman Fatahillah, saya langsung menyusup masuk
dalam lingkaran tersebut. Ternyata orang yang menyerupai patung sudirman
dikerumuni orang banyak, menarik dan unik karena dapat duduk tanpa menggunakan kursi.
Langsung saja saya memanggil kakak saya untuk merekam kejadian tersebut, dan
tanpa ragu dan malu saya fokus didepan kamera melaporkan apa yang saya lihat.
Walaupun orang-orang disekitar secara secara serentak menoleh ke arah saya.
Antara nekat sama narsis, beda tipis. Baiklah, tetap stay di depan kamera.
Bisa
karena terbiasa, tidak mudah tapi sederhana itulah kedua prinsip hidup saya,
oleh sebab itu menjadi seorang VJ harus selalu siap dimana dan kapan pun saya
berada, saat ada hal menarik dan moment yang jarang ditemui langsung saja direkam.
Berbekal
ilmu dari perkuliahan dan membaca buku-buku seputar reporter, saya semakin
yakin untuk menjadi seorang VJ. Terlebih beberapa hal dibawah ini yang sangat
membantu saya untuk menghasilkan sebuah liputan sederhana yang menarik dan
orisinal.
Yang
pertama itu naskah sederhana (simplify the script), akan memudahkan dan
memberikan informasi yang lebih fokus.
Naskah menjadi acuan untuk menghasilkan sebuah liputan, dari naskah kita
tahu gambar apa yang harus diambil. Intinya seorang VJ harus mampu
mevisualisasikan naskah yang ada. Untuk itu naskah menjadi point dasar yang
harus mengakar dalam diri seorang VJ. Naskah harus tetap berdasarkan fakta yang
ada dan harus actual, sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Yang
kedua itu gunakan beberapa gimmick (use a lot of gimmicks). Beda tipis dengan
sensasi, namun yang menjadi dasar tetap informasi yang diberikan factual dan
actual. Untuk menarik perhatian penonton supaya melihat video kita, gimmick
menjadi kuncinya dan ini dia bisa karena terbiasa. Gimmick dengan mudah
tercipta karena kepekaan seorang VJ, dan juga keberanian VJ menentukan adegan
mana yang dijadikan gimmick.
Yang
ketiga itu menentukan bingkai berita (new blocking/framing). Subjektivitas
seorang VJ, memilih tempat yang tepat dan sesuai dengan naskah yang ada. Bukan
tidak objektif dan tidak factual namun
subjektivitas disini berarti dan juga penting, supaya hasil video enak dilihat
dan informasi yang disampaikan tepat sasaran.
Yang
keempat itu menangkap moment (highlight moments/scripts). Disini bukan
melenceng dari naskah yang sudah dibuat, namun jika ada moment yang jarang
terjadi sebaiknya tetap direkam, karena dapat melengkapi ataupun menjadi tema
baru untuk video yang akan dibuat.
Dibutuhkan kepekaan dan kecepatan dalam menangkap moment, terutama
dikawasan yang ramai dibutuhkan keahlian untuk mendapat posisi merekam yang
baik dan bagus.
Yang
kelima itu video dilengkapi dengan audio (audio have to be perfect). Hidup
terasa hampa tanpa ada suara, begitu pula sebuah video tanpa audio itu
bagaimana sayur tanpa garam. Seorang VJ harus mampu menentukan audio yang
tepat, terkadang audio natural seperti suara kendaraan bermotor-orang
berteriak-bunyi terompet dan lain-lain tidak bisa dihilangkan, karena akan
menambah unsur factual dan actual sebuah video. Lagi-lagi, bisa karena
terbiasa. Audio untuk sebuah video akan secara otomatis mudah ditentukan jika
kita sering membuat video.
Tunggu apa
lagi, setiap ada kesempatan dan moment yang bagus, rekam dan hasilkan sebuah
video yang menarik!! Waktu tak pernah salah, waktu tak bisa dirulang, dan waktu
tak mau menunggu . Oleh sebab itu gunakan waktu yang ada untuk menjadikan diri sebagai
seorang VJ. Dan biarkan waktu menjadi saksi perjalanan hidup.
Sebagai saksi tercatat tanggal 01 January 2015 adalah
langkah awal saya menjadi seorang VJ, berikut liputannya:

No comments:
Post a Comment