MAKNA DI BALIK SHOT
- Melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).
SHOT
SIZE/Type of Shot
- Shot size/type of shot atau ukuran shot adalah besar kecilnya subjek dalam sebuah frame.
- Masing-masing ukuran shot memiliki makna yang berbeda-beda ketika diimplementasikan pada pengambilan sebuah gambar/shooting.
Proxemics
Proxemics
berasal dari kata proximity yang mengacu pada jarak antara subject dan kamera, biasanya
memiliki tiga posisi dasar yaitu long shot, medium shoot, close up dan
extreme close up. Tetapi ada posisi alternatif yang tampak dan bisa
dilaksanakan sebagai variasi dari tiga posisi dasar tadi.
Type of shot
itu terdiri atas :
- ECU : Extreme Close Up (detail shot)
- VCU : Very Close Up (shot wajah) dari atas kepala sampai dagu
- BCU : Big Close Up (tight CU, full kepala), wajah memenuhi layar
- CU : Close Up, dari keapala sampai pundak
- MCU : Medium Close Up,
- Knee, 3/4Shot :
- MLS : Medium Long Shot
- LS : Long Shot
- ELS : Extra Long Shot (extereme LS, XLS)
Extreme
Close up (ECU)
- Extreme close up banyak digunakan pada pembuatan video klip, pada pengambilan gambar ini kekuatan dan ketajaman hanya fokus pada satu obyek misalnya dapat dilakukan extreme close up pada hidung, mata, atau alis saja. Pada pengambilan gambar ini, depth of field akan sangat sulit didapatkan karena kedekatan jarak objek dengan kamera.
- Seringkali apabila kamera diarahkan pada detail bagian mulut atau hidung, gambar akan menjadi tidak fokus (Naratama, 2004:78).
Big Close Up
(BCU)
Pengambilan
gambar ini lebih tajam dari pengambilan gambar close up terutama untuk film
horor yang menggunakan efek cahaya memantul pada sudut mata obyek.
Kedalaman
pandangan mata, kebencian raut wajah, kehinaan emosi hingga keharuan adalah
ungkapan-ungkapan yang terwujud dalam komposisi gambar ini.
Sementara
untuk produksi talk show dan kuis, shot ini digunakan terutama untuk
menggambarkan reaksi penonton yang larut dalam pembicaraan talk show di
studio.
Tanpa
kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi big close up sudah mewujudkan semuanya.
Pada pengambilan gambar ini, depth of field akan sulit didapatkan, namun
bagi sutradara televisi, kekurangan ini dianggap sebagai kekuatan, karena
gambar yang tidak fokus akan memiliki nilai artistik tersendiri (Naratama,
2004:77).
Close Up
(CU)
Shot yang
menampilkan objek pada gambar lebih dekat. Misalnya dari batas bahu sampai atas
kepala.
Pengambilan
gambar close up ini, biasanya menampilkan identifikasi psikologi sebuah
karakter yang memerlukan perkuatan rincian detail berbagai aksi.
Tampilan
seperti ini ditayangkan, pada saat penonton diharuskan untuk menghadapi obyek
utama, dan membuat hubungan tersendiri antara obyek dengan diri mereka secara
psikologis.
Identifikasi
dalam bentuk pengambilan gambar close up ini adakalanya membuat
pengambilan gambar menjadi berefek klaustropobik terhadap penonton.
Pengambilan
gambar close up ini menekan ruang secara jelas, dan memberi batasan yang
jelas antara penampilan aktor dan perasaan yang ditimbulkan oleh aktor dari
bahasa tubuhnya.
Pengambilan
gambar seperti inilah yang membuat penampilan atau kualitas seorang aktor
memainkan mimiknya menjadi hal yang penting.
Pengambilan
gambar secara close up berguna juga untuk menekankan detil. Hal ini
juga sangat penting dalam hubungannya dengan fungsinya yang terutama untuk
menciptakan ketegangan.
Medium Close
Up (MCU)
Medium close
up, dapat dikategorikan sebagai komposisi “Potret setengah badan”, dengan background
yang masih dapat dinikmati. Pengambilan gambar ini memperdalam gambar
dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang direkam.
Tampilan background
menjadi hal kedua yang diperhatikan. Yang terpenting adalah profil, bahasa
tubuh dan emosi tokoh utama dalam bingkai gambar ini dapat terlihat dengan
jelas (Naratama, 2004:76).
Medium Shot
(MS)
Medium shot
menampilkan gambar yang lebih memberikan detail pada manusia, karena
gambaran yang diambil adalah gambaran yang menampilkan bagian tubuh dari
pinggang keatas, hingga bisa menampakkan detil yang lebih jelas dari pada
penampakan gambar yang menampilkan keseluruhan tubuh.
Medium Shot
biasanya mengambil tampilan pada saat dua orang berbicara, sehingga bisa membuat penonton merasa
berada sejajar dengan orang yang ditampilkan.
Medium Long
Shot (MLS)
Pengambilan
gambar medium long shot seringkali dipakai untuk memperkaya keindahan
gambar. : medium long shot menampilkan obyek dalam jarak yang cukup
dekat dengan penonton, akan tetapi tetap menunjukkan bahasa tubuh subjek secara
jelas (Naratama, 2004:75).
Long Shots
Untuk
mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan cepat Untuk menunjukkan
dimana adegan berada/menujukkan tempat
Untuk
menujukkan progres Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan
dengan yang lain
Very Long Shot
(VLS)
Very long
shot adalah pengambilan gambar yang panjang, jauh dan luas yang lebih kecil dari extreme
long shot. Biasanya gambar-gambar yang diambil dengan VLS ini
ditampilkan dalam film layar lebar.
Utamanya
pada gambar-gambar opening scene atau bridging scene, untuk menggambarkan
adegan kolosal atau banyak objek misalnya adegan perang di pegunungan,
adegan metropolitan dan sebagainya (Naratama, 2004:75).
Extreme Long
Shot (ELS)
Shot ini
digunakan apabila gambar yang ingin diambil adalah gambar yang
sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar.
Biasanya
digunakan untuk memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita. Extreme
long shot digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama
(Naratama, 2004:73).
KNEE SHOT
Shot yang menampilkan
sebatas lutut sampai dengan atas kepala
Two Shot
Shot yang
menampilkan dua orang/objek terlepas dari jauh atau dekatnya pengambilan
gambar.
OSS (Over
Shoulder Shot)
Pengambilan
gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku atau dibelakang
objek yang membelakangi, dan tampak di dalam frame.
Sementara
obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.
POV (Point
Of View)
Kamera
sebagai sudut pandang pelaku atau subjek gambar (sudut pandang orang pertama).
SUDUT
PENGAMBILAN KAMERA
1. High
Angle
Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil.
Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil.
2. Normal
Angle (Eye level)
Posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata (titik pusat perhatian) obyek yang diambil.
Posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata (titik pusat perhatian) obyek yang diambil.
3. Low
Angle
Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil.
Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil.
GERAKAN
KAMERA
Panning
Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Pan
right : gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan.
Pan
left : gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri.
Tilting
Tilting
adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas
ke bawah atau sebaliknya.
Tilt up :
gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.
Tilt
down
: gerak
kamera secara vertikal dari atas ke bawah.
Tracking
Track adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi obyek.
Track adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi obyek.
Track in :
gerak kamera mendekati obyek
Track out : gerak kamera menjauhi obyek
Track out : gerak kamera menjauhi obyek
Follow
Kamera mengikuti obyek bergerak searah
Kamera mengikuti obyek bergerak searah
Tips Merekam
Video Dengan Sempurna
- Jika memungkinkan, selalu pergunakanlah manual focus.
- Atur white balance pada setiap perpindahan lokasi atau pergantian sumber pencahayaan.
- Jika melakukan pengambilan gambar di luar ruangan (outdoor shooting), posisikan matahari di belakang anda. Begitu juga sumber pencahayaan lainnya.
- Gunakan tripod atau alat bantu lainnya.
- Dalam kondisi rekaman tanpa alat bantu (handhelds), pegang dan kendalikan kamera video Anda sedemikian rupa agar hasil rekaman tetap stabil (andaikan sebagai secangkir kopi panas).
- Gunakan zooming hanya untuk menata komposisi ambilan gambar. Hindari penggunaannya pada saat merekam (rolling), kecuali jika ada maksud untuk tujuan tertentu atau memang disengaja karena hasil rekaman akan diproses lebih lanjut (editing).
- Shoot to edit. Pastikan untuk memproses lebih lanjut setiap hasil rekaman Anda (editing). Untuk itu, rekaman video harus diciptakan dan dipersiapkan sedemikian rupa agar siap untuk diproses lebih lanjut (variasi dan kelengkapan gambar, durasi setiap shot, menghindari fasilitas kamera yang tidak diperlukan, dsb.)
- Jaga durasi setiap shot. Jangan terlalu panjang dan monoton (tanpa variasi), namun juga jangan terlalu pendek. Minimal antara 8 hingga 10 detik. Tidak ada batas maksimal karena tergantung action yang direkam. Namun sebaiknya sudah mulai merekam 3 hingga 5 detik sebelum action berlangsung. Berikan durasi yang sama setelah action berlangsung.
- Jaga setiap shot dalam kondisi steady tanpa pergerakan kamera, setidaknya selama 10 detik. Jika suatu shot akan berisi pergerakan kamera, berikan awalan dan akhiran dalam kondisi steady dengan durasi setidaknya 3 hingga 5 detik.
Rekaman
video yang layak dinikmati harus memenuhi kaidah – kaidah sebagai berikut:
- Balance, Framing, Compositions : Horizontal Lines, Vertical Lines, Thirds Ratio, Diagonal Lines, Triangle, Perspective, Looking Room, Walking Room, Head Room, Golden Mean, Background, Foreground.
- Frame Cutting Points : Extreme Close Up, Big Close Up, Close Up, Medium Close Up, Medium Shot, Medium Long Song, Long Shot, Extreme Long Shot.
- Other Types Of Shot : 2 Shot, 3 Shot, Group Shot, Over Shoulder Shot, Establishing Shot.
- Camera Movement : Panning ( Left, Right, Up, Down ), Tracking ( In, Out, Follow, Revolve ), Truck ( Left, Right ), Zooming ( In, Out )
- Camera Angle # 1 : Normal Angle, Low Angle, High Angle
- Camera Angle # 2 : Objective Camera, Subjective Camera
- Shot By Camera Positions : Face Shot, ¾ Shot, Profile Shot, Over Shoulder Shot
- Shooting Rules : Jump Cut, Crossing The Line, Continuity
Referensi
- Naratama. (2004). Menjadi sutradara televisi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
- http://misteridigital.wordpress.com/
- http://www.perpuskita.com/
0 comments:
Post a Comment