Setiap pukul 03.00 pagi, Katijah alias Mbah Jah mengawali harinya didapur. Menyiapkan barang dagangannya, mulai dari mengukus lontong, merebus sayuran, menggoreng tempe dan tahu, membuat kemplang, dan terakhir membuat dawet. Semua diolah dengan api bakar, menggunakan cara memasak yang alami. Walaupun sudah ada kompor gas, Mbah Jah tidak pernah berani menggunakannya. Dengan alasan takut dan juga memasak menjadi lebih lama bila menggunakan gas.
Memasak sudah menjadi bagian hidup Mbah Jah, saat ini umurnya kurang lebih 80-an, tetapi mbah yang satu ini masih mampu memasak kurang lebih 4 jam. Menyalakan api dengan kayu bakar, tidak semua orang mampu melakukannya. Memasak dengan dipenuhi asap, menunjukan kesederhanaan dan sifat yang menyatu dengan alam. Dengan cara tradisional mengolah makanan, inilah khas yang ditampilkan Mbah. Ia mampu mengingat semua resep masakannya, tak ada satu pun yang terlewat. Dan rasa tak pernah berubah dan rasa tidak pernah bohong.
Berawal dari dalam hatinya, berjualan makanan didepan rumah sekitar tahun 1960-an. Mbah Jah yang menjadi tulang punggung keluarganya, menghidupi suami dan kelima anaknya. Mbah Jah Dam Telu, begitulah orang-orang mengenalnya dan memanggilnya. Makanan yang dijualnya merupakan makanan khas Jawa Timur, khususnya daerah Kedung Gebang, Dam Telu. Makanan tersebut antara lain, seperti rujak lontong, nasi pecel, lontong kecap, weci, kemplang, tahu, tempe, dan dawet.
Rujak lontong adalah makanan yang terbuat dari rujak yang di campur dengan lontong, rujak yang terdiri dari uleg-an kacang, cabe, bawang putih, garam, petis dan dimasukkan kangkung, capar, tahu, tempe dan timun. Nasi pecel ialah makanan yang berisi nasi dan sayuran-sayuran yang sudah di rebus, kemudian disiram saus kacang. Lontong kecap hampir sama dengan rujak lontong, namun tidak memakai tempe dan diberi bihun goreng , kemudian disiram kecap.
Menurut para pelanggan setianya, rujak lontong buatan Mbah Jah tidak ada duanya, ciri khas uleg-an tangan Mbah Jah. Takaran yang dibuatnya menjadikan rujak lontong Dam Telu Mbah Jah menjadi terkenal. Bahkan hampir setiap hari mendapat pesanan dari beberapa guru dan anggota balai desa, bisa 10 sampai 20 bungkus. Setiap harinya Mbah menguleg rujak, hal ini menyebabkan punggung sebelah kanan lebih besar dibandingkan sisi lainnya. Itu pun tak mengurangi semangatnya berjualan.
Mbah Jah memasak semua barang dagangannya sendiri, kecuali weci. Weci itu sejenis gorengan, lazimnya orang-orang menyebut bakwan yang berbentuk mangkok. Biasanya weci disiapkan oleh anak atau cucu Mbah. Kemudian ada kemplang yang terbuat dari kelapa dan gula. Rasa manis yang digemari para pelanggannya, terutama anak kecil yang sering meminta gulanya saja. Kemplang merupakan makanan ringan khas Banyuwangi, yang dihidangkan untuk para tamu-tamu.
Bisa untuk di makan dan diminum yaitu dawet. Dawet itu sendiri berwarna hijau yang terbuat dari tepung kanji dan diberi pewarna kue. Dawet bisa dihidangkan dengan jenang, gula, santan, dan kacang hijau. Jenang itu sumsum berwarna putih yang terbuat dari tepung beras. Ada jenis jenang gerindul yang terbuat dari tepung kanji, yang ber warna coklat.
Menu makanan yang dijual Mbah Jah dari awal sampai sekarang tidak pernah berubah, tetapi ada penambahan yaitu kacang hijau. Harga sangat terjangkau, rujak lontong, nasi pecel dan lontong kecap dibandrol Rp 4.000,-, kemudian weci, kemplang, tahu dan tempe di bandrol Rp 500,-. Dan dawet yang disajikan sesuai selera pembeli dibandrol Rp 2.000,-.



0 comments:
Post a Comment